Aku:
Aku diam
Menyimpan iris-irisan duka
Kamu dan aku
Tanpa makna
Tanpamu
Tanpa hadirmu
Nuraniku:
Sambut aku
Lembutkan dirimu dengan beningku
Aliri darahmu dengan sejukku
Mungkin menenangkanmu
Aku:
Duhai hatiku, peluklah diriku
Terangkan padaku,
Legenda alam semesta
Kebijakan,
Yang kau rangkul beribu tahun
Perlihatkan padaku,
Cerita surga dan neraka
Kejujuran sejati,
Diantara kerlingan bulan dan bintang
Nuraniku:
Ragaku yang dulu perkasa
Maafkan aku, terlalu diam
Biarkanmu larut,
Dalam pedih perih kebutaan dunia
Sungguh ragaku
Telah kau redam segala perih
Dan inilah aku
Selalu terlahir dari kisahmu
Tetap menjadi mutiara
Olahan debu-debu hidupmu
Maka bukalah keras kerang itu
Biarkanlah memancar cahayaku
Beserta kesejatian keindahanmu
Terangi jalanmu
Terangi hidupmu
Terangi Dunia kita
Aku:
Jadilah lenteraku
Kuingin tiap-tiap tetes
Airmataku dan keringatku
Adalah jelmaan
Pancaran kasih sayangmu
Dan tiap perilakuku
Adalah keelokan lekuk tubuhmu
Hatiku, buatlah aku menari
Bersama dendang damai dunia
Yang selalu hampir tak terdengar lagi
Izinkan aku memandang
Kemurnian matamu
Biar kunikmati segala
Kepingan-kepingan nodaku
Atau
Serpihan-serpihan dosaku
Karena tak mungkin ku berpaling
Nuraniku:
Takkanlah kau berpaling
Tapi kegundahan puing-puing kisahmu
Adalah kelahiran,
Dari burung-burung camar
Yang berbagi keluasan angkasa
Dan ikan-ikan terumbu
Yang kagumi keindahan karang
Maka kemarilah dan terlelap
Relakan keabadian,
Menyatukan ketetapan hati kita
Kau dan aku,
Berbaring dalam lembut awan
Tuliskan kisah,
Diantara rasi bintang bintang
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka mengabdilah hanya kepada Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS, Thaahaa : 14)
BalasHapusBagaimana mungkin bisa ingat akan sesuatu kalau ia tidak kenal dengan sesuatu itu. Begitu pula halnya bagaimana mungkin bisa ingat akan Allah kalau ia tidak kenal dengan Allah. Dan untuk mengenal akan Allah terlebih dahulu harus mengenal dengan diri sendiri.
“Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Robbahu” (Barang siapa yang mengenal akan dirinya yang sebenarnya niscaya kenal lah ia akan Allah).
_______________________________________________
Membaca "Percakapan Diri" seakan seperti aku berdialog dengan Nuraniku. Sungguh suatu yang beruntung jika kita bisa berdialog dengan Nurani(DIRI)..Perbanyaklah Diam dalam gerakNya dan bercakap-cakaplah pada DIRI.
Hakikatnya Bahwa sebenar-benarnya Diri itu adalah Ruh.
Sebenar-benarnya Ruh itu adalah Nafs/Jiwa.
Sebenar-benarnya Nafs/Jiwa itu adalah Naik Turun Nafas.
Naik Turun Nafas itu adalah Sir/Rahasia.
Dan adapun yang dikatakan Sir/Rahasia itu adalah Nur Muhammad Saw.
AHAD,AHMAD,MUHAMMAD
Kerinduan2 yang Mas Zaki rasakan sungguh merupakan anugrahNYA yang akan menggiring kembali padaNYA.Tetaplah bersyukur dan berserah diri lahir dan batin.
Mudah2an Mas Zaki Sjz dalam perjalanann menujuNya selalu berlandaskan Ikhlas,Sabar,Tawakkal,Ridho..Sehingga dirasakan Ketenangan Jiwa..Dan dinyatakanNYA AL HAQ ..
Amiiiin...
Salam Kasih-SayangNya
Salam cintaNya yang Maha meliputi setiap insan..
Salam....Salam...Salam...